Tawaran OPM soal Pembebasan Pilot Selandia Baru Dinilai Menggiurkan

PROPOSAL yang disodorkan TPNPB-OPM terkait pembebasan pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens dinilai sebagai tawaran menggiurkan.

featured-image

PROPOSAL yang disodorkan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka ( ) terkait pembebasan dinilai sebagai menggiurkan. Peneliti isu Papua dari Badan Riset dan Inovasi Nasional ( ) Cahyo Pamungkas mengatakan niat baik TPNPB-OPM yang telah menyandera warga negara Selandia Baru sejak Februari 2023 itu patut diapresiasi. Baginya, pemerintah Indonesia perlu berkomunikasi dengan pihak TPNPB-OPM sebagai tindak lanjut tawaran tersebut.

"Pemerintah bisa berunding dengan mereka, bagaimana teknisnya, prosesnya, harus disepakati bersama," kata Cahyo kepada Media Indonesia, Kamis (19/9). Pemerintah, sambungnya, dapat bernegosiasi jika dirasa proposal yang diajukan TPNPB-OPM tak sesuai dengan kepentingan Indonesia. Misalnya, soal fasilitator pembebasan maupun pihak yang bakal menjemput Mehrtens.



Namun, jika segera menolak tawaran tersebut, Cahyo menyebut bahwa pemerintah selama ini sengaja memelihara konflik di Bumi Cenderawasih. "Kalau tidak mau menerima tawaran atau bersikukuh dengan jalan sendiri, pemerintah kita tidak memiliki niat baik. Ini mengonfirmasi bahwa kekerasan dan pendekatan keamanan menjadi tujuan utama," tandasnya.

Proposal versi TPNBP-OPM menjelaskan soal simulasi pembebasan Mehrtens. Pertama, pemerintah Selandia Baru diminta menyiapkan pesawat sipil dengan rute Selandia Baru-Papua New Guinea-Jayapura yang mendarat di Bandara Sentani. Setibanya di Sentani, pesawat diminta menunggu tim dari TPNPB-OPM yang menjemput Mehrtens dari Nduga, Papua.

Selanjutnya, polisi dan tentara Selandia Baru diminta masuk dan mengawal proses penjemputan pilot tersebut. "Jika tidak ada pesawat dari Selandia Baru, maka kami akan charter pesawat Air Niugini dari PNG," demikian bunyi proposal yang dibagikan juru bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom. (Tri/M-4).